jikasemua hal sesuai rencana, maka dia bukan lagi sebuah petualangan. sekali lagi, perjalanan ke siantar bukan merupakan tujuan awal. bonus destinasi dadakan berdasarkan rekomendasi yunita dan super guide ucok, jadilah vihara kwan im di pematang siantar masuk daftar kunjungan.
gambar Vihara Avalokitesvara Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara Banten – Vihara Avalokitesvara merupakan salah satu bangunan bersejarah di Indonesia, yang berlokasi di Jalan Tubagus Raya Banten, Kp. Pamarican, Desa Banten, Kec. Kasemen, Kota serang, Banten. Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara Banten, Fungsi dan KegunaannyaKegunaan Vihara Avalokitesvara Banten1. Pembangunan Vihara2. Sumur Cing Sen Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara Banten, Fungsi dan Kegunaannya Banyak hal menarik mengenai Vihara Banten ini, terutama karena ini merupakan Vihara tertua di Banten. Selain itu, bangunan bersejarah ini juga menjadi bukti sikap toleransi antara umat beragama di masa lalu. Baca Juga Sejarah Singkat Benteng speelwijkAdanya Vihara Avalokitesvara ini juga erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga. Karena, beliau lah yang menginisiasi pembangunan Vihara ini. Mau tahu lebih lanjut? Berikut kami jelaskan lebih lanjut mengenai Vihara Avalokitesvara. gambar Vihara Avalokitesvara Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah yang unik karena melayani 3 kepercayaan sekaligus, yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Karena alasan itu juga lah Vihara ini dikenal sebagai Klenteng Tri Dharma. Konsep Tri Dharma tersebut juga bisa dilihat dari pernak-pernik di dalam Vihara yang mencerminkan ketiga kepercayaan yang saya sebutkan di atas. Namun, Vihara tersebut juga sempat digunakan sebagai tempat perlindungan para warga saat terjadi bencana alam di masa lalu. Selain itu, sekarang Vihara ini telah menjadi salah satu destinasi wisata menarik yang harus coba kamu kunjungi. 1. Pembangunan Vihara bangunan Vihara Avalokitesvara Tahun berdiri Vihara ini adalah sekitar abad ke 16. Pada saat itu, Banten merupakan wilayah pelabuhan yang ramai pedagang. Banyak pedagang dari berbagai tempat singgah di Banten untuk melakukan transit sebelum berlayar ke wilayah lain di Nusantara. Salah satu rombongan pedagang yang berlabuh adalah para pedagang dari China. Rombongan ini dipimpin oleh Putri Ong Tien yang merupakan keturunan dari Kaisar Tiongkok dan saat itu hendak ke Surabaya. Namun, melihat Banten sangat ramai akan aktivitas Perdagangan, mereka memutuskan untuk singgah lebih lama. Setelah tinggal lama di Banten, Sang Putri pun Akhirnya berkenalan dengan Sunan Kalijaga, dan lambat laun akhirnya hubungan mereka semakin dekat. Sampai pada akhirnya Putri Ong Tien bersedia masuk Islam dan akhirnya menikah dengan Sunan Kalijaga. Baca juga Masa Kemunduran Kerajaan Banten Setelah itu, banyak pengikut Putri yang memutuskan untuk memeluk agama Islam juga, meskipun tidak sedikit yang masih memegang kepercayaan lamanya. Akhirnya, Sunan Kalijaga pun membangun Vihara di dekat masjid Agung, meskipun pada akhirnya di pindahkan ke kawasan Pamarican pada tahun 1774. 2. Sumur Cing Sen gambar sumur Cing Sen Salah satu hal yang menarik adalah adanya sumur di Vihara Banten, yang usianya sama dengan Vihara tersebut atau bisa jadi lebih tua. Sumur tersebut terletak di sebelah barat, dan kedalamannya mencapai 5 meter. Hal yang menarik dari sumur tersebut adalah airnya yang belum pernah kering sampai sekarang. Baca Juga Sejarah Singkat Keraton Surosowan Air dari sumur ini konon memiliki berbagai khasiat, seperti menyembuhkan penyakit, membuat awet muda, dan yang lainnya. Karena itulah, tidak sedikit orang yang mengunjungi sumur ini, baik untuk meminum airnya, membawa pulang airnya, dan yang lainnya. 3. Tempat berlindung dari bencana alam Vihara Avalokitesvara Selain digunakan sebagai tempat ibadah bagi 3 kepercayaan berbeda, Vihara Avalokitesvara juga pernah digunakan sebagai tempat berlindung dari bencana alam di masa lalu. Bencana alam tersebut merupakan meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883, yang juga mengakibatkan munculnya gelombang tsunami. Pada saat itu, banyak warga yang menggunakan Vihara tersebut sebagai tempat berlindung, dan akhirnya nyawa mereka terselamatkan. Bangunan yang megah, kokoh, serta luas tersebut merupakan tempat berlindung yang sempurna dari deburan awan panas pasca meletusnya gunung Krakatau. Baca Juga Sejarah Singkat Keraton Kaibon ViharaAvalokitesvara, Pengamanan Dilaksanakan Babinsa Koramil 03/Siantar Selatan Endar Rambe - Birokrasi & Pemerintahan , Nasional , Peristiwa , Terkini Pematang Siantar | Dalam pengamanan Tahun Baru Imlek oleh Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis terbesar dunia dan keberadaannya hampir di setiap negara, yang membentuk komunitas dan ciri

Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah - Vihara Avalokitesvara yang berlokasi di Jalan Pusuk Buhit, Karo, Siantar Sel, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, terbuka untuk umum dan menjadi destinasi wisata. Pasalnya, keindahan lokasinya dan ketinggian patung Dewi Kwan Im yang mencapai 22,8 meter. Vihara ini ramai dikunjungi pada sore hari dan tutup pada pukul WIB. Lokasi Patung Dewi Kwan Im yang terdapat di halaman vihara menarik perhatian. Patung ini merupakan patung tertinggi di Asia Tenggara dan masuk dalam Museum Rekor Indonesia MURI. Patung Kwan Im di Siantar ini selesai dibangun dalam waktu tiga tahun dan diresmikan pada 15 November 2005. Patung setinggi 22,8 meter ini dipesan langsung dari RRC dan dibuat dari batu granit. Keterangan mengenai patung ada di papan keterangan yang ada di pintu masuk. Patung Kwan Im ini juga dikelilingi catur mahadewa raja atau malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Di sekitar patung terdapat sebuah lonceng besar dan sebuah roda doa praying whell. Di halaman bawah, 33 patung Kwan Im ukuran kecil mengelilingi patung raksasa ini. Patung Avalokitesvara Bodhisatva Dewi Kwan In berukuran lebar 8,4 meter, tinggi 3,5 meter, dan total ketinggian patung 22,8 meter. Apabila traveler berkunjung ke Kota Pematang Siantar, berkunjunglah juga ke Vihara Avalokitesvara. Arsad, pengunjung asal Medan bilang, menyambangi Vihara Avalokitesvara karena direkomendasikan temannya yang tinggal di Pematangsiantar. "Jadi kata teman vihara ini terbuka untuk umum. Tempatnya keren dan cocok untuk hunting foto," katanya.

ViharaAvalokitesvara pernah terbakar pada tahun 2009. Vihara Avalokitesvara yang terletak 15 km arah utara dari Kota Serang, Banten. Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Versi lain menyebutkan, vihara ini dibangun pada tahun 1652. Gapura masuk ke Kompleks Ratu Boko, Yogyakarta. Masyarakat memahami vihara sebagai tempat ibadah pemeluk agama Buddha yang identik dengan klenteng. Tak banyak yang tahu kalau dulu vihara selain tempat ibadah juga tempat belajar, berkumpul, dan tinggal para biksu/biku. "Kini, vihara sering digunakan untuk menyebut kelenteng yang fungsi utamanya sebagai rumah ibadah Tridharma, di dalamnya ada pemujaan Konfusius, Buddha, dan Taoisme," kata Agni Sesaria Mochtar, arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, dalam diskusi via aplikasi zoom tentang "Mengenal Vihara dan Pesantren sebagai Tempat Pembelajaran Agama dalam Perspektif Arkeologi" yang diselenggarakan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, Jumat, 8 Mei 2020. Agni menjelaskan pemahaman Buddha masa kini telah mengalami percampuran dengan kepercayaan Konghucu. Dalam konteks itu, vihara berfungsi sebagai pusat kegiatan agama dan kebudayaan. Kegiatan di dalam vihara adalah berdoa, bermeditasi, dan membaca parrita. Namun, pada masa Jawa Kuno, vihara punya arti berbeda. Bentuk Awal Vihara Tak mudah menggambarkan bentuk awal vihara pada masa Jawa Kuno karena tinggalannya hampir tidak ada. Hanya batur ganda di Kompleks Ratu Boko dan Candi Sari di Yogyakarta yang masih bisa diamati. Namun, relief Kharmawibhangga di kaki Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, memberikan petunjuk seperti apa tempat para biksu itu menuntut ilmu. Agni menunjukkan beberapa relief yang menggambarkan kompleks vihara dikelilingi pagar. Di dalamnya ada pendopo untuk berkumpul, kuil dengan konstruksi batu, dan tempat tinggal dengan konstruksi kayu. "Mungkin inilah mengapa tidak ditemukan sisanya sampai sekarang karena bahan kayu mudah lapuk," kata Agni. Baca juga Pendidikan Agama di Kadewaguruan Selain dari relief, keberadaan vihara bisa ditelurusi lewat prasasti. Ada 21 prasasti dari abad ke-8 sampai ke-11 yang menyebut kata vihāra, bihāra, dan wihāra. "Lokasi temuan prasasti yang paling barat dekat Pekalongan, paling timur di perbatasan Sidoarjo-Surabaya," kata Agni. Agni mendaftar 21 prasasti itu dalam "Vihara dan Pluralisme pada Masa Jawa Kuna Abad VIII-XI Masehi Tinjauan Data Prasasti" yang terbit dalam Berkala Arkeologi 2015, sebagai berikut Baca juga Tempat Pendidikan Buddha di Nusantara Abad ke-8 Prasasti Abhayagirivihāra menyebut Vihāra Abhayagiri dan Prasasti Kalasan menyebut Vihāra i Kalasa. Abad ke-9 Prasasti Kayumwungan menyebut kata vihāra; Prasasti Abhayananda 826 menyebut Wihāra Abhayananda; Prasasti Kuti 840 menyebut Kuti; Prasasti Wayuku 854 menyebut Wihāra Abhayananda; Prasasti Wihāra 874 menyebut wihāra; Prasasti Salimar IV 880 menyebut Wihāra i Kandang; Prasasti Kalirungan 883 menyebut Wihāra i Kalirungan; dan Prasasti Munggu Antan 887 menyebut Wihāra i Gusali. Abad ke-10 Prasasti Poh 905 menyebut Wihāra Waitanning Hawan; Prasasti Palepangan 906 menyebut Bihāra ing Pahai; Prasasti Sangsang 907 menyebut Wihāra i Hujung Galuh; Prasasti Wukajana menyebut Bihāra i Dalinan; Prasasti Guntur 907 menyebut Wihāra i Garung; Prasasti Wanua Tengah III 908 menyebut Bihāra i Pikatan; Prasasti Wutit menyebut Sang Hyang Wihāra; Prasasti Pling-Pling menyebut kata wihāra; Prasasti Wurudu Kidul A 922 menyebut Wihāra i Halaran; dan Prasasti Hara-Hara 966 menyebut Sang Hyang Kuti. Abad ke-11 Prasasti Kelagen 1037 menyebut sebuah wihāra. Sebelum abad ke-8 tidak ditemukan prasasti yang menyebut vihara. Ini mungkin bisa dikaitkan dengan peristiwa kepindahan Rakai Panangkaran dari penganut Hindu menjadi Buddha pada abad ke-8. "Tidak berarti sebelum kepindahan Rakai Panangkaran ke Buddhisme tidak ada penganut Buddhisme di dalam masyarakat Jawa Kuno," tulis Agni. Buktinya, kata Agni dalam Prasasti Wanua Tengah III disebutkan Vihāra i Pikatan yang didirikan Rahyangta i Hara. Ia adalah adik Rahyangta i Mḍang yang ada sebelum masa pemerintahan Rakai Panangkaran. "Ini bukti bahwa sebelum Rakai Panangkaran sudah ada penganut Buddhisme," tulis Agni. Fungsi Awal Agni menyimpulkan keberadaan vihara memuncak pada abad ke-10. Asumsinya, mungkin ketika itu jumlah biksu sangat banyak. "Dapat disimpulkan Buddhisme di Jawa Kuno mengalami puncak perkembangan pada abad ke-10," kata Agni. Itu berkaitan dengan fungsi vihara pada masanya. Agni menerangkan bahwa dalam Prasasti Kalasan, Abhayagirivihara, dan Kayumwungan, digambarkan vihara adalah pusat pemujaan dan penyebaran agama Buddha oleh para biksu yang terpelajar. Menurut Agni, berdasarkan Prasasti Kalasan pula arkeolog Soekmono menggambarkan vihara sebagai sebutan untuk keseluruhan gugusan bangunan yang terdiri dari kuil dan asramanya. Ahli Jawa Kuno, Zoetmulder mendeskripsikan vihara sebagai biara atau candi yang aslinya merupakan serambi tempat para pendeta berkumpul atau berjalan-jalan. Sedangkan arkeolog UGM, Kusen pernah mendefinisikan vihara sebagai tempat tinggal atau tempat persinggahan dan tempat berkumpul mendiskusikan agama bagi para pendeta agama Buddha. "Dulu, utamanya vihara adalah tempat tinggal para biksu, untuk mereka berkegiatan sehari-hari mempelajari kitab suci. Di dalamnya ada bangunan khusus untuk melakukan ritual agama," kata Agni. Menurut Agni, pendirian Vihāra i Kalasa dalam Prasasti Kalasan berkaitan dengan bangunan yang kini dikenal sebagai Candi Kalasan di Yogyakarta. Pun dengan tempat tinggal bagi para biksu di dekatnya. "…Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tārā telah didirikan, dan demikian pula sebuah bangunan untuk para biksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana, telah didirikan oleh para ahli…," tulis prasasti itu. Agni menjelaskan, selama ini ada beberapa pendapat tentang bangunan vihara di dekat kuil Tara itu. Ada yang menyebut vihara itu adalah Candi Sari yang lokasinya tak sampai 1 km dari Candi Kalasan. "Salah satunya Bernet Kempers ahli purbakala Belanda, red.. Candi Sari kan bangunan bertingkat, lantai atas untuk biksu. Tetapi disadari juga oleh Kempers pada musim hujan akan sangat tidak nyaman tinggal di bangunan batu karena pasti akan lembab," jelas Agni. Karenanya, Agni sendiri cenderung setuju kalau ada kompleks vihara di dekat lokasi Candi Kalasan yang bisa menampung berbagai kegiatan. Kini lokasinya diperkirakan menjadi permukiman warga di sekitar Candi Kalasan. "Kalau kembali pada definisi vihara menurut Soekmono, Candi Kalasan itu kuil untuk ritualnya, lalu di dekatnya ada untuk tempat tinggalnya para biksu, red.," kata Agni. Nyatanya, fungsi vihara pada masa lampau tak melulu soal agama. Dalam Prasasti Wurudu Kidul A diperoleh informasi kalau vihara terlibat pula dalam proses penetapan hukum. Ia menjadi saksi yang akan meneguhkan keputusan hukum terhadap seseorang. Kenyataan kalau raja-raja pada masa Jawa Kuno menetapkan sima bagi pendirian vihara, menurut Agni, juga bisa menjadi petunjuk adanya tujuan lain dari pembangunannya. Pasalnya, raja-raja yang menetapkan status sima untuk vihara ini tak selalu berkeyakinan Buddha. Mereka adalah raja-raja yang beragama Hindu. Misalnya, Rakai Watukura Dyah Balitung 899–911, yang mengembalikan status sawah di Wanua Tengah sebagai sima vihara di Pikatan. Padahal, ia beragama Siwa. Ia menyandang gelar pentahbisan sebagai titisan Siwa. Alasannya bisa sebagai penghormatan bagi para penganut Buddha. Bisa juga karena alasan politis. "Seorang raja yang ingin menguasai wilayah besar, perlu mengambil simpati semua golongan," kata Agni. Dalam perkembangannya seiring datangnya pengaruh Islam, Agni melihat adanya kesinambungan tradisi pengajaran di vihara dengan yang ada di pesantren tradisional. Sedangkan pengaruh Tiongkok yang masuk ke Nusantara lama kelamaan juga ikut mengubah tradisi ritual di vihara. "Kita lihat kepercayaan Tridharma sangat kental pengaruh Tiongkok," kata Agni. "Itu kenapa bisa bergeser dari vihara ke klenteng." DetikNews86Com - Siantar - Jelang Perayaan Imlek 2573 Tahun 2022, sejumlah rumah ibadah umat Budha di Siantar dibuka untuk kegiatan ibadah. Namun dilakukan pembatasan kunjungan, seperti yang terjadi di Vihara Avalokitesvara, Jalan Gunung Pusuk Buhut, Kelurahan Karo, Kecamatan Siantar Selatan. Pengurus Vihara, Chandra mengatakan perayaan Imlek di Vihara Avalokitesvara sudah dimulai pada 26 Buddha statue in the Wat Bowonniwet Vihara in Bangkok, Thailand. A vihara usually refers to a Buddhist monastery that is inhabited by Buddhist monks. However, the term can have different meanings. For instance, in other religious texts, such as Hindu, Ajivika, and Jain, a vihara refers to a temporary dwelling place for wandering monks seeking refuge or rest during the rainy season. Additionally, in Pali and Sanskrit, a vihara is a place for leisure and entertainment, while in Indian architecture viharas refer to central halls fitted with tiny cells that contain small beds carved from stone. Viharas are commonly found in Thailand because Buddhism is the country's predominant religion. Origin of Viharas During the reign of the Indian emperor Ashoka in the 3rd century BCE, "vihara yatras" were leisurely travels based around pleasure or hobbies, including hunting. However, after Ashoka converted to Buddhism, vihara yatras were replaced with "dharma yatras" that focused on religious purposes or pilgrames. Viharas were typically caves and involved cutting into the rock. They typically consisted of large halls and a series of small cells that contained a bed and pillow carved from stone. Viharas also usually contained monuments and symbols of Buddhist worship. Significance of Viharas The most significant part of a vihara is the shrine room, which is used for worship. Inside the shrine room, monks practice spiritual rituals to honor Buddha, and can give offerings such as flowers, water, incense, and candles. Most viharas also feature a hall for the ordination ceremony of new monks. In addition to serving as a religious place of worship, monks also use viharas as a place for study and learning. In fact, some viharas served as important Buddhist universities during the medieval era. Practice of Meditation in Viharas Buddhist monks observe two types of meditation mindful and Metta reflections. The former practice is highly emphasized and entails devoting all of one’s thoughts in worship, whereas Metta meditation involves monks expressing love and kindness to one another. Buddhists typically practice meditation in a meditation hall. Home Society What Is A Vihara? Avalokitesvarasendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Laporan Wartawan Kuswanto Ferdian PAMEKASAN - Vihara Avalokitesvara Pamekasan Madura merupakan salah satu situs peninggalan peradaban manusia masa lampau yang sangat menarik. Menurut Ketua Vihara Avalokitesvara, Kosala Mahinda, Vihara ini merupakan TITD Tempat Ibadah Tri Darma Kwan Im Kiong yang terletak di pantai Talang Siring Kampung atau Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, kurang lebih 17 km sebelah timur kota Pamekasan Madura. "Bagi kalangan warga Tionghoa, Kelenteng Kwan Im Kiong sebutan lain untuk Vihara Avalokitesvara, mempunyai keunikan tersendiri," katanya, Selasa 5/2/2019. Selain itu Vihara Avalokitesvara merupakan Tempat ibadah umat Tri Darma terbesar di Madura, sejumlah warga Tionghoa mengaku tertarik karena Vihara Avalokitesvara mempunyai sejarah yang panjang. Ada semacam legenda atau cerita lisan yang telah berlangsung turun-temurun, yang menyatakan bahwa ini termasuk sisa-sisa peninggalan budaya jaman Majapahit. "Pada awal abad ke-14 terdapat sebuah Kerajaan Jamburingin di daerah Proppo sebelah barat Pamekasan, yang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Raja-raja Jamburingin yang masih keturunan Majapahit itu mempunyai rencana membangun candi untuk tempat beribadah, tepatnya di kampung Gayam, kurang lebih dua kilometer ke arah timur Kraton Jamburingin, dan mendatangkan perlengkapannya lewat Pantai Talang Siring dari Kerajaan Majapahit," jelas Kosala. Dahulu Pantai Talang dijadikan tempat berlabuh perahu-perahu dari seluruh penjuru Nusantara karena karena pantainya yang landai dan bagus pemandangannya. Terlebih bagi armada Kerajaan Majapahit untuk menyuplai bahan-bahan keperluan keamanan ataupun spiritual di wilayah Pamekasan. Di antaranya, pengiriman patung-patung dan perlengkapan ibadah. Namun, setelah tiba di pelabuhan Talang, kiriman patung-patung dari Majapahit ke Kraton Jamburingin sama sekali tidak terangkat setelah tiba di Pelabuhan Talang. "Penduduk pada waktu itu hanya bisa mengangkat beberapa ratus meter saja dari pantai. Akhirnya, penguasa Kraton Jamburingin memutuskan untuk membangun candi di sekitar pantai Talang," terangnya. Tempat Candi yang tidak terwujud itu, sekarang dikenal dengan Desa Candi Burung, merupakan salah satu desa di Kecamatan Poppo yang lokasinya berdekatan dengan Desa Jamburingin. Burung dalam bahasa Madura berarti gagal tidak jadi. Rencana pembangunan candi di Pantai Talang pun tidak terlaksana seiring perkembangan kejayaan Kerajaan Majapahit yang mulai pudar serta penyebaran agama Islam mulai masuk dan mendapat sambutan yang sangat baik di Pulau Madura, termasuk daerah Pamekasan. "Akhirnya, patung-patung kiriman dari Majapahit pun dilupakan orang, lenyap terbenam dalam tanah," ujarnya. Wiki Vihara Buddhagaya Watugong, terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong ini dikenal dengan nama Vihara Buddhagaya Watugong. Vihara Buddhagaya Watugong ini merupakan pagoda tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 45 meter.
Vihara Avalokitsvara - Patung Dewi Kwan Im Siantar - Ada banyak sekali objek wisata yang bisa didatangi di Sumatera Utara. Jika kebetulan ke Pematang Siantar akhir pekan ini, jangan lupa menengok patung Dewi Kwan Im yang megah dan anggun. Paket Wisata Danau Toba Open Trip Danau Toba Paket Wisata Danau Toba 1 Hari Paket Wisata Danau Toba 2 Hari 1 Malam Paket Wisata Danau Toba 3 Hari 2 Malam Paket Wisata Danau Toba 4 Hari 3 Malam Paket Wisata Danau Toba 5 Hari 4 Malam Sumatera Utara bukan hanya terkenal dengan wisata alamnya saja tetapi juga wisata religinya. Salah satu wisata religi yang cukup terkenal adalah objek Patung Dewi Kwan Im yang dibangun di area Vihara Avalokitesvara, Pematang Siantar. Patung ini menjadi istimewa karena berdiri tegak dengan tinggi mencapai 22,8 meter dengan material yang diimpor langsung dari Tiongkok. Vihara Avalokitsvara - Patung Dewi Kwan Im Siantar Patung ini selesai dibangun dalam jangka waktu hampir 3 tahun. Tepatnya diresmikan pada tanggal 15 November 2005 dan dinobatkan sebagai patung Dewi Kwan Im yang tertinggi di Asia Tenggara oleh MURI Museum Rekor Indonesia pada tahun 2008. Sebelum mencapai objek patung tersebut, terdapat bermacam-macam patung yang tentunya memiliki makna tersendiri. Antara lain, terdapat patung 12 shio yang berjejer rapi sesuai dengan urutannya. Yaitu dari tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi. Tepat di area pelatarannya terdapat taman yang dihiasi dengan patung dewa-dewa dalam agama Buddha dan juga terdapat kolam ikan di sana. Untuk naik ke pelataran Patung Dewi Kwan Im kita harus melalui jembatan yang cukup unik khas Tiongkok. Vihara Avalokitsvara - Patung Dewi Kwan Im Siantar Setelah naik beberapa anak tangga, sampailah ke tempat di mana patung itu berdiri. Ternyata sungguh megah. Tidak salah jika patung ini masuk rekor MURI, pikir saya. Di sisi sebelah kiri terdapat Roda Doa Wheel Prayer berukuran besar dan di sebelah kanan terdapat genta yang juga berukuran besar. Dari pelataran patung ini, kita bisa melihat pemandangan Pematang Siantar secara bebas tanpa terhalang oleh pohon-pohon atau tiang-tiang. Benar-benar tidak menyangka jika Kota Pematang Siantar memiliki objek wisata yang sudah terkenal bukan hanya di dalam negeri saja bahkan hingga mancanegara. Jadi, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan objek wisata negeri kita tercinta ini? sumber
2 Museum Simalungun. Merupakan pilihan tempat wisata cadangan di Pematang Siantar yang bisa membawamu untuk mengetahui sejarah dan budaya nusantara. Salah satu hal menarik yang bisa kamu temui di
Skip to content Paket WisataRental MobilSewa Bus PariwisataSewa MotorKontakTravel Blog Vihara Avalokitesvara Saat sedang berlibur di Sumatera Utara, tak ada salahnya jika Anda juga mengunjungi vihara terbesar se-Asia Tenggara. Vihara Avalokitesvara adalah nama destinasi wisata ini. Tempat persembahyangan bagi umat Buddha ini sangat terkenal sebagai obyek wisata religi. Pasalnya, Anda akan menemukan sebuah Patung Dewi Kwan Im raksasa yang berdiri menjulang tinggi dengan megah. Situs wisata yang terletak di Pematangsiantar ini sangat penting bagi masyarakat Tionghoa. Nah berikut beberapa penjelasan mengapa wisata bersejarah ini selalu ramai pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Sekilas Tentang Vihara Avalokitesvara Vihara Avalokitesvara Medan adalah salah satu vihara populer di kalangan umat beragama Budha dan Konghucu. Tempat persembahyangan ini memiliki sejarah dan peran penting bagi orang-orang Tionghoa, terutama mereka yang tinggal di Pematangsiantar – Sumut. Adanya Patung Dewi Kwan Im yang berdiri adalah ikon dari wisata ini. Bahkan para pelancong dari luar negeri juga berdatangan untuk menyaksikan keindahan vihara dan kemegahan patung dewi tersebut. Masyarakat lokal biasa menyebut patung tersebut dengan julukan Dewi Welas Asih. Sebenarnya, beberapa wilayah di Indonesia juga memiliki vihara bernama sama. Hanya saja, vihara yang berada di Siantar ini adalah vihara yang paling besar. Bangunan ini padat dengan patung-patung kepercayaan umat Buddha yang kabarnya memberikan keselamatan. Selain menyandang sebagai vihara terbesar di Asia Tenggara, patung Dewi Welas Asih pernah lolos dalam daftar rekor Muri sebagai Patung Dewi Kwan Im tertinggi di Indonesia. Sayangnya, rekor tersebut bertahan lama dan jatuh ke situs religi lain yakni Patung Yesus Bukit Sibea-Bea. Daya Tarik Vihara Avalokitesvara Tak hanya patung Dewi Kwan Im saja yang terkenal dan menarik, masih ada hal lain yang bisa Anda nikmati saat datang ke sini. Terlebih pemandangan wisata ini juga indah. Berikut kami sajikan daya tariknya di bawah ini. Pesona Patung Dewi Kwan Im Sudah tak perlu Anda ragukan lagi keindahan Patung Dewi Kwan Im. Tingginya dari dasar hingga puncak sekitar 22,8 meter. Warnanya kelabu karena merupakan warna asli batu granit yang menyusun patung ini. Batu granit sebagai bahan pembuat patung ini berasal dari Negeri China. Berat patung ini sekitar ton. Kesan pertama melihat patung yaitu terlihat klasik dan kuno seperti patung yang sudah ada sejak lama. Padahal pembuatannya baru saja pada tahun 2015 silam. Selain patung raksasa ini, destinasi wisata Sumatera Utara Medan ini juga menyimpan patung 12 Shio yang mengelilingi patung Dewi indah ini. Menurut kepercayaan, patung 12 Shio tersebut berperan sebagai penjaga dari patung dewi. Menikmati Pemandangan Alam Tak hanya menyejukkan jiwa dan batin melalui aktivitas ibadah, Anda bisa menikmati keindahan alam yang kuil ini pamerkan. Suasana asri dan sejuk masih terjaga karena pesona alamnya masih terjaga. Terdapat taman hijau menghiasi kanan kiri jalan setapak menuju bangunan utama. Ada pula sungai buatan kecil di mana tengahnya terdapat jembatan. Anda bisa bersantai sambil mendengar percikan aliran sungai dan hijaunya alam sekitar. Banyak Spot Foto Instagramable Tak ada salahnya bila Anda ingin berfoto di tempat ibadah umat Tiongkok ini asalkan tidak mengganggu orang yang sedang beribadah. Meski area ibadah, vihara ini menyajikan beragam spot foto Instagramable secara gratis. Sudah menjadi hal wajib bagi pengunjung untuk berfoto bersama Patung Dewi Welas Asih. Anda juga bisa mengambil gambar dengan patung-patung lainnya yang memiliki bentuk beraneka ragam. Terlebih beberapa ornamen hiasan dari vihara sangat cantik. Supaya foto semakin estetik, Anda bisa berfoto di taman. Foto tersebut semakin bagus jika view paduan langit biru dan awan putih menjadi latar belakangnya. Beberapa area vihara juga menawarkan spot yang indah. Seperti berfoto dengan pose berdiri di anak tangga yang terletak di dekat pintu masuk. Berfoto dengan gedung utama vihara dimana Anda berdiri di tengah-tengah juga bisa menjadi ide foto terbaik. Keindahan Bangunan Vihara Kompleks vihara ini sangat besar sehingga tempat peribadatan terbagi menjadi empat ruangan. Bagian ruangan tersebut antara lain Bhavana Sabha, Kuthi, Dhammasala, dan Uposathagara. Pagar yang mengelilingi vihara ini bentuknya seperti benteng pertahanan perang zaman dahulu. Dindingnya sangat tebal dan menjulang tinggi dengan kokoh. Catnya putih bersih dan bisa menjadi inspirasi sebagai spot foto minimalis. Ada juga lonceng dan roda doa yang turut menghiasi vihara ini. Desain vihara ini sangat cantik. Terlebih ornamen-ornamen pada bangunan atap segitiga melengkung tampak sangat bagus. Fasilitas di Vihara Avalokitesvara Destinasi wisata favorit penganut Konghucu sudah menyediakan berbagai fasilitas lengkap. Fasilitas ada karena pihak pengelola ingin menyambut tak hanya umat yang ingin bersembahyang saja. Melainkan juga mereka para wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan dari vihara ini. Karena memang tempat ini bukan sekedar tempat sembahyang saja, namun juga sebagai obyek wisata. Pastinya bangunan klenteng dan kuil sebagai area ibadah tersedia bersih dan lengkap. Terdapat toilet umum dan beberapa tong sampah di sudut lokasi. Area parkirnya juga sangat luas, mengingat vihara ini sangat besar lahannya. Transportasi seperti motor, mobil, dan bus pariwisata bisa parkir di sini. Terdapat pula resort yang bisa Anda manfaatkan juga fasilitasnya. Seperti fasilitas tempat kuliner di Medan yang terkenal di salah satu restaurant di resort. Apabila ingin staycation, ada tempat penginapan bertarif murah hingga penginapan bertarif mahal. Harga Tiket Masuk Vihara Avalokitesvara Obyek wisata religi ini tidak terbatas untuk masyarakat Tionghoa atau umat Buddha saja. Pengunjung umum bebas memasuki kawasan ini dengan catatan menghormati mereka yang sedang beribadah dan tidak merusak properti di area ini. Sama halnya dengan tempat ibadah pada umumnya, pengelola wisata ini tidak menarik biaya tiket masuk. Artinya Anda bisa mengunjungi vihara ini tanpa membayar tiket masuk Vihara Avalokitesvara. Pastinya ini menjadi kabar baik bagi wisatawan yang ingin mendatangi vihara tapi terkendala oleh biaya. Rute Menuju Lokasi Vihara Avalokitesvara Lokasi Vihara Avalokitesvara ini dapat Anda temukan di Jalan Pusuk Buhit, Karo, Siantar Sel, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Lokasinya memang sangat strategis karena berada di pusat Kota Pematangsiantar sehingga Anda bisa menjangkaunya dengan berbagai mode transportasi. Bila berangkat dari Medan menggunakan rental mobil Avanza Medan murah, lama waktu perjalanannya sekitar 2-3 jam. Tapi tenang saja, tim driver dari Salsa Wisata siap mengendarai kendaraan dengan profesioanal sehingga Anda akan merasa nyaman. Bagi yang ingin memanfaatkan transportasi kereta, Anda bisa menaiki kereta api Siantar Express menuju Stasiun Pematang Siantar. Dari stasiun, Anda bisa memesan ojek online untuk menuju destinasi wisata ini. Supaya tidak bosan selama menempuh perjalanan, ada baiknya Anda membawa cemilan seperti Martabak Piring, Bolu Meranti, dan makanan khas Medan lainnya. Jam Operasional Vihara Avalokitesvara Jadwal operasional Vihara Avalokitesvara ini buka setiap harinya dari hari Senin sampai hari Minggu. Anda bisa memasuki area wisata ini mulai jam WIB sampai jam WIB. Tetapi waktu operasional tersebut bisa berubah saat ada acara peribadatan seperti merayakan hari raya Imlek atau Waisak. Bagi wisatawan yang sudah jauh-jauh hari sudah menyiapkan budget untuk segala jenis keperluan liburan di Pematangsiantar ini, Anda bisa mengalokasikan sebagian untuk membeli oleh-oleh di toko oleh-oleh khas Medan. Anda lalu dapat membagi oleh-oleh tersebut kepada kerabat, tetangga, atau teman di rumah. Supaya perjalanan semakin lancar selama liburan di salah satu kota wisata di Sumut ini, pertimbangkan untuk memanfaatkan jasa sebuah travel organizer terbaik dan profesional. Salsa Wisata, dengan pengalaman profesional dalam mewujudkan impian lebih dari wisatawan dan lebih dari 100 cabang pelayanan di seluruh Indonesia, tentu bisa jadi rekomendasi terbaik. Liburan Anda jauh-jauh ke Medan akan semakin puas dengan dukungan jasa paket liburan keluarga murah meriah ke Medan dan sekitarnya dari Salsa Wisata. Beragam paket wisata telah tersedia; Anda pilih yang sesuai dengan kebutuhan. Paket wisata Medan 1 hari adalah yang terlaris saat ini. Nikmati momen liburan terbaik Anda bersama keluarga di Vihara Avalokitesvara Siantar dan destinasi wisata Pemantangsiantar lainnya dengan fasilitas terlengkap, harga terjangkau, dan service terbaik bersama Salsa Wisata. Related PostsBagikan Artikel Ini Ke Page load link
Sejarahvihara avalokitesvara pematang siantar. Wns vikhroli office address. Robot chicken wikia. Platten fassadenverkleidung. Snowman logistics limited bangalore india. Sejarah vihara avalokitesvara pematang siantar. Rios vertiente cantabrica mapa. Nos nitrous bottle. Sejarah pematang avalokitesvara siantar. Warcraft 3 dota items.
Pematangsiantar, sebuah daerah multibudaya yang ada di Indonesia, memiliki banyak destinasi religi dan sejarah tempo dulu. Antara lain adalah Vihara Avaloskitesvara dan Patung Dewi Kwan Im yang ekstra megah. Destinasi tersebut berada di pertemuan Jalan Jane dan Jalan Gn. Pusuk Buhit, berjarak 200 meter dari pusat kota Siantar Selatan. Dibandingkan dengan vihara yang terletak di Siantar. Tempat berdoa umat Buddha sekaligus objek wisata religi ini mempunyai keunikan sendiri, yakni Patung Dewi Kwan Im atau juga familiar dengan nama Dewi Guan Yin, sosok yang selalu dipuja oleh etnis Tionghoa karena welas asihnya. Patung Dewi Kwan Im adalah situs religi milik umat Budha Siantar yang menjadikan komplek peribadatan Vihara Avalokitesvara sangat indah dan sempurna. Tak mengherankan jika spot wisata ini tidak pernah sepi dari perhatian wisatawan. patung dewi kwan im siantar di vihara avalokitesvara - via sunandar pangeran sipayung/googlemap Sejak dibuka pertama kalinya untuk publik, terhitung ribuan orang sudah berkunjung ke Vihara Avaloskitesvara demi melihat wujud keindahan Patung Dewi Kwan Im Siantar yang merupakan ikon utama dari komplek ini. Travelingmedan sudah mengumpulkan 8 fakta mengenai keduanya Apa Saja Fakta yang Ada di Vihara Avaloskitesvara Siantar? 1. Jam Buka dan Tiket Masuk Soal jam operasional, komplek tempat wisata Vihara Avalokitesvara Siantar dibuka setiap hari senin hingga minggu. Mulai pukul 1000 WIB dan tutup pukul 1730 WIB. Namun, jam buka tersebut tidak berlaku jika vihara sedang digunakan oleh umat untuk beribadah atau tengah merayakan hari besar, Imlek dan Waisak misalnya. Siapa saja boleh masuk? Tanpa melihat latar belakang, pengelola mengizinkan setiap pengunjung untuk berjalan-jalan dan menikmati pesona komplek vihara yang dibuka secara gratis alias nggak pakai tiket masuk. Tetapi kita wajib banget jaga sikap selama berada di sini ya. 2. Patung Dewi Kwan Im Fakta menarik pertama dari patung Dewi Kwan Im adalah tingginya yang dua puluh dua meter 22,8 m menjadikan patung ini disnyalir sebagai Avalokiteśvara Statue tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Dengan posisi tegak, kamu perlu mengadah ke langit untuk melihat bagian paling atas. Dewi Kwan Im yang diwujudkan dalam patung perempuan muda tersebut diberi warna putih dan abu-abu. Letaknya dibuat menghadap graha. Jika dari luar, patung yang dikerjakan lebih dari 2 tahun ini tampil sangat megah dan menawan. Jika sudah berada di pintu masuk, pengunjung perlu menaiki beberapa tangga sebab ada di lantai dua. Patung Dewi Kwan Im Siantar merupakan rupang bernilai fantastis karena seluruh material bangunan yang digunakan berasal dari negara tirai bambu, Tiongkok. patung dewi kwan im siantar dengan tinggi 22,8 m - 3. Sejarah Destinasi Asal-usul dibangunnya Vihara Avalokitesvara Siantar berkaitan dengan sejarahnya yang bermula dari tahun 2005. Sebagai daerah toleran yang diakui oleh Indonesia dan didukung pula dari sisi heterogen masyarakat sekitar, tidaklah terlalu sulit mengantongi izin pendirian bangunan apabila dibandingkan dengan negara lainnya di seputaran Asia Tenggara. Tambah lagi jika disusur melalui sejarah vihara-vihara di Siantar, di mana Avalokitesvara sendiri merupakan komplek vihara terbesar sehingga areanya yang terbilang luas sangat memungkinkankan untuk membangun Patung Dewi Kwan dengan lebar dengan lebar 8,4 meter dan dihiasi ukiran bunga teratai tersebut. Dalam perjalanannya, pengerjaan Bodhisatva Avalokitesvara berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Diawali dari peletakan batu pertama pada tahun 2002 hingga tuntas tahun 2005. Ya, tentu butuh waktu lama mengerjakan bangunan sedetail ini, apalagi patungnya yang seberat ton itu. image via eliza - 4. Terdiri dari 4 Area Laiknya vihara pada umumnya, pun Bodhisatva Avalokitesvara memiliki cakupan area yang fungsinya berbeda-beda. Namun secara garis besar, vihara di Siantar ini terdiri dari 4 komplek utama yakni Dhammasala, Kuthi, Uposathagara dan Bhavana Sabha. Karena sebagian area bersifat tertutup, maka tidak semua kawasan dapat dijelajahi pengunjung. Hanya area tertentu saja yang bisa dimasuki, meliputi ruang terbuka, taman kecil, patung utama dan patung shio yang dibuat berjajar di area tangga. Baca Juga 7 Air Terjun di Siantar dan Simalungun 5. Sabet Pengakuan dari MURI Bagi wisatawan, Patung Dewi Kwan Im Siantar menjadi alasan utama mengapa mereka sampai rela datang dari jauh, bahkan tak sedikit juga yang terbang dari luar kota demi bisa menengok langsung wujud rupang terbesar di Asia Tenggara yang penghargaannya diberikan oleh rekor MURI Indonesia. Sebenarnya ada banyak vihara di Siantar, sebut saja Maha Vihara Vidya Maitreya, Vihara Samiddha Bhagya, Whira aHock Tek Shu dan Kelenteng Sukong yang sama-sama indah. Tetapi Vihara Avalokitesvara mempunyai pesona tersendiri berkat gelar kebanggaan yang diperoleh dari Museum Rekor Indonesia. image via dora simatupang/fb 6. Spot Menarik Lainnya Vihara terluas di Siantar ini berdiri di atas lahan kurang lebih 1 hektar. Bukan hanya patung Dewi Welas Asih saja, pun di sekeliling lantai dua, berdiri beberapa situs religi. Diantaranya adalah catur mahadewa raja, roda dua dan terakhir lonceng berukuran raksasa. Konsep vihara-nya yang berwarna kelabu memang sangat berbeda dibandingkan vihara populer lainnya di Sumatera Utara. Kesan klasik kuno yang terpancar dari relief bangunan dan seisinya menyajikan keunikan sendiri. Kita seolah sedang berlibur di negara Tiongkok. Kalian bisa mengelilingi kawasan wisata di Siantar ini cukup dengan berjalan kaki saja. Nah, biasanya para pengunjung tak pernah melewatkan momen untuk berfoto. Kebanyakan wisatawan memilih latar dengan gambar Patung Dewi Kwan Im Siantar karena keindahannya yang memang memukau.
Mukjizatwihara. Dinukil dari Indonesia Kaya, Sunan Gunung Jati membangun wihara ini pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Namun pada tahun 1774, wihara dipindahkan ke kawasan Pamarican hingga sekarang. Versi lain menyebutkan, wihara ini dibangun pada tahun 1652.
hOOx0j6.
  • upe2ku4jmj.pages.dev/875
  • upe2ku4jmj.pages.dev/947
  • upe2ku4jmj.pages.dev/942
  • upe2ku4jmj.pages.dev/40
  • upe2ku4jmj.pages.dev/954
  • upe2ku4jmj.pages.dev/760
  • upe2ku4jmj.pages.dev/758
  • upe2ku4jmj.pages.dev/209
  • upe2ku4jmj.pages.dev/446
  • upe2ku4jmj.pages.dev/232
  • upe2ku4jmj.pages.dev/287
  • upe2ku4jmj.pages.dev/718
  • upe2ku4jmj.pages.dev/785
  • upe2ku4jmj.pages.dev/501
  • upe2ku4jmj.pages.dev/527
  • sejarah vihara avalokitesvara di siantar